
Jakarta, Indonesia – Ular yang memiliki kemampuan merubah warna secara spontan telah ditemukan di kawasan “Heart of Borneo”, sebuah daerah pegunungan yang didominasi oleh hutan hujan tropis.
Kemampuan seperti bunglon ini telah diketahui dimiliki oleh beberapa jenis reptil, tetapi ilmuwan sangat jarang menemukan fenomena ini pada ular terutama ular berbisa. Mengapa mereka melakukan perubahan warna hingga saat ini masih menjadi pertanyaan.
Ular tersebut ditemukan oleh seorang peneliti Jerman yang bekerjasama dengan dua orang ilmuwan dari Amerika.
“Saat Saya meletakkan ular tersebut dalam wadah berwarna gelap dia masih berwarna coklat kemerahan.. Ketika saya mengambil ular tersebut beberapa menit kemudian, ular itu telah berubah warna menjadi putih sepenuhnya”, ujar Dr. Mark Auliya, ahli reptil pada Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig Jerman yang juga konsultan WWF.
Dr. Auliya mengumpulkan dua specimen ular yang berbisa ini sepanjang setengah meter dari lahan basah dan hutan rawa diseputar Sungai Kapuas, Taman nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat dimana WWF mendukung upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan disana. Para ilmuwan menamakan ular ini sebagai Ular Lumpur Kapuas (Enhydris gyii) atau Kapuas Mud Snake.
Ular dengan kemampuan seperti bunglon ini termasuk dalam Genus Enhydris. Dari 22 spesies dalam kelompok ini, hanya dua diantaranya yang banyak dijumpai. Jenis lainnya penyebarannya sangat terbatas. Para ilmuwan percaya bahwa ular yang baru ditemukan ini kemungkinan hanya terdapat pada sistem drainase Kapuas.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah ditemukan setidaknya 361 spesies, atau rata-rata 3 spesies baru setiap bulan di Pulau Kalimantan. Artinya rata-rata ditemukan 3 spesies per bulan dalam area yang luasnya dua kali lebih besar dari Jerman.
“Penemuan ular ‘bunglon ini’, menampilkan salah satu rahasia alam yang tersimpan dalam Heart of Borneo, yang hingga saat ini belum banyak diketahui”, demikian Dr. Bambang Supriyanto, Koordinator Nasional Program Heart of Borneo, WWF-Indonesia. WWF mengingatkan bahwa habitat ular tersebut sedang terancam. Saat ini, hanya setengah dari hutan Borneo yang masih tersisa.
“Penemuan ini semakin membuktikan bahwa hutan hujan tropis di Heart of Borneo sangat kaya dan tentu hal ini membuat kita bangga. Namun, kebanggaan itu tidak ada artinya bila kerusakan hutan sebagai habitat beragam spesies tersebut terus mengalami kerusakan seperti sekarang. Untuk itu diperlukan upaya bersama untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan”, ungkap Banjar Y. Laban Direktur Konservasi Kawasan, Dephut.
Harapan untuk menjaga kelangsungan hidup hutan di jantung Borneo masih ada yaitu melalui kerjasama pemerintah tiga Negara – Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Belum lama ini pada 27 Maret 2006 pemerintah tiga Negara tersebut secara bersama telah meluncurkan inisiatif Heart of Borneo di side event COP 8 – CBD di Curitiba – Brazil. Program ini bertujuan untuk melindungi dan memanfaatkan secara berkelanjutan kawasan yang didominasi oleh hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi.
0 komentar to Ditemukan ular bunglon di heart of borneo:
Posting Komentar